06 Maret 2009

“Kepedihan TKI Dalam Menuai Rezeki”

Tak henti – hentinya permasalahan menyangkut Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri terus dan terus terjadi. Padahal TKI sering disebut sebagai pahlawan pemberi devisa dengan menyumbang trilyunan rupiah bagi negara. Akan tetapi banyak TKI/ TKW (Tenaga Kerja Wanita) kita mendapat derita dan siksa. Tak bisa di elak lagi caci maki majikan bahkan pukulan, serta pelecehan seksual dan pemerkosaan kerap kali menghinggapi mereka. Ibarat fenomena gunung es, hanya sebagian kecil terlihat di pemukaan masalah - masalah yang muncul, tetapi jauh di kedalaman banyak permasalahan yang tidak nampak (tak ter-ekspose).
Banyak TKI/ TKW kita memiliki permasalahan beragam seperti contoh Yeni Maman (perempuan, 28 tahun) TKI di Syria, yang berasal dari Cianjur, bukannya pulang membawa rezeki akan tetapi pulang dengan kepedihan hati. Bahkan pulang dengan membawa sakit penyakit yang diderita, memaksanya untuk mendapat perawatan yang serius di sebuah Rumah Sakit UKI Jakarta.
Berawal sebuah sponsor yang datang ke kampung-kampung menawarkan/ mencari apakah ada yang berminat menjadi TKI/ TKW baik yang pernah maupun yang belum. 2 tahun yang lalu Yeni Maman memang pernah menjadi TKW di Saudi Arabia (kota Nazran) sebagai pembantu rumah tangga. Terbeban dengan kebutuhan ekonomi keluarga yang kurang, diperparah suami hanya bekerja serabutan (tak menentu) serta telah memiliki 4 orang anak yang masih kecil-kecil, akhirnya pun berkeinginan kembali lagi menjadi TKI/ TKW.
Sesampainya di Jakarta beserta sponsor, dan tinggal dalam sebuah penampungan, hari berikutnya melakukan Medical checkup yang ternyata dari PT. AN (inisial, perusahaan pengerah TKI) yang notebene perusahaan tersebut terkenal dengan buruknya pengelolaan pengerah tenaga kerja di kalangan eks TKI. Ibu dengan 4 orang anak ini sempat menolak untuk menjadi TKI, namun ditahan oleh salah satu penanggung jawab asrama disana.

Empat hari di asrama, tiba-tiba di jemput salah satu anak buahnya dari sebut saja Ibu Jm mitra dari PT. Setia (Inisial) yang beralamat di daerah Condet, Jakarta timur. Dalam bayangan Yeni, ia akan dibawa ke terminal kampung Rambutan untuk di antar pulang, ternyata ia dibawa ke rumah ibu Jm tersebut, berbincang serta mengatakan kepada Yeni untuk tidak usah pulang, dan dijanjikan akan diberangkatkan ke Yordan dengan di iming-imingi gaji sebesar lebih kurang 200 dolar (+ Rp. 2 juta).

Tak beberapa lama, akhirnya Yeni Maman di pasporkan di daerah Tanjung Priuk, dan dalam kepengurusan paspor itu, ibu Jm memberitahukan kepada Yeni Maman agar tujuannya nanti jangan di katakan akan ke Yordan, tapi dengan tujuan ke Malaysia. Ada muncul keraguan dari Yeni Maman dan ia pun bertanya apakah perusahaan ini legal ? “ya legal” (jawab Ibu Jm), dengan memberi semangat bahwa agent ini resmi, jangan takut dan kuatir.

15 hari sudah Yeni Maman tinggal di rumah ibu Jm, tanpa ada tanda kepastian untuk berangkat, akhirnya dia putuskan pulang dulu ke rumah (Cianjur). 17 hari di rumah, ada berita bahwa sponsor menginformasikan (memanggil) untuk segera berangkat menjadi TKI/ TKW. Dan berangkatlah Yeni Maman ke Jakarta dan sementara tinggal di penampungan PT. Akl selama 9 hari. Tak lama setelah itu, berangkatlah ke Yordania sesuai janji sebelumnya.
Sesampainya Yeni Maman di ruang tunggu keberangkatan bandara Soekarno-hatta, barulah tiket dan paspornya diberikan oleh petugas bandara, tak lama setelah itu masuk di dalam pesawat, dicek tiket dan pasportnya ternyata tujuannya ke Damaskus bukan lagi ke Yordania. Ada kekecewaan yang dalam dari ibu yang berusia 28 tahun ini, namun apa daya sudah terlanjur, dari pada tidak sama sekali akhirnya dengan terpaksa terbanglah ke Damaskus.
Sesampainya di Damaskus, ia digiring oleh petugas disana untuk di bawa ke sebuah ruangan/ penampungan (seperti penjara) yang khusus untuk para tenaga kerja yang bukan hanya dari Indonesia saja, tetapi dari negara lain juga seperti Fhilipina dan Eutophia. Beruntung Yeni Maman setelah 8 jam menunggu akhirnya di jemput oleh salah satu staf agent (pengerah tenaga kerja disana) dan dibawa kekantor tersebut. Dari cerita Yeni kepada kami, ada beberapa tenaga kerja disana yang sudah seminggu lebih menunggu dan belum di jemput oleh agentnya masing-masing, diperkirakan ada sekitar lebih 50 orang tenaga kerja bereda di ruangan itu.

4 hari sudah Yeni di penampungan kantor agent di Damaskus, Syria. Pada saat itu cuaca kurang bersahabat (dingin). Tidak lama akhirnya Yeni mendapat majikan, dimana tempat Yeni bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Dan menurut ceritanya, waktu kerja tersebut mulai dari pukul 4 pagi sampai pukul 12 malam (waktu setempat).

Selama 6 hari Yeni bekerja dengan waktu istirahat tidak kurang dari 4 jam. Selama 6 hari itu juga, Yeni terserang sakit batuk. Bahkan batuknya semakin hari semakin parah. Dan akhirnya sang majikan membawa Yeni Maman berobat ke salah satu Rumah Sakit di sana, setelah selesai bukannya kembali ke rumah, tapi dibawa/ dipulangkan kekantor Agentnya, tanpa memberitahukan hasil berobat dan informasi lainnya.
4 hari Yeni berada di kantor agent tersebut, ia dipindahkan ke kantor agent lainnya. lebih dari 1 bulan di agen baru, Yeni tidak mendapatkan perawatan dan perhatian yang layak (jarang dikasih makan, perawatan pengobatanpun seadanya). Karena sakitnya bertambah parah, Yeni dipulangkan dengan dibiayai oleh agent tersebut.
Sesampainya di Jakarta, Yeni langsung disuruh oleh petugas setempat untuk ke ruang pengaduan dan membuat/ mengisi lembaran pengaduan. Setelah cukup lama menunggu di ruangan tersebut dengan kondisi sakit dan lemah. Akhirnya ia mendapatkan tiket/ kupon untuk dapat dipulangkan ke kampung dengan menggunakan angkutan khusus TKI.

Selama lebih dari seminggu dirumah (Cianjur), kondisi Yeni semakin hari semakin parah, dibantu oleh saudara/ rekan sekerjanya dulu, ia di informasikan ke Migran Care (salah satu NGO yang menangani kasus TKI) dan akhirnya Yeni Maman dibawa ke RS UKI, Jakarta. Selama dirumah sakit UKI, Jakarta, Yeni diberi/ mendapat perawatan yang cukup serius. Dari hasil RS diketahui bahwa Yeni mengidap penyakit paru2 (TBC). Se minggu lebih Yeni mendapat perawatan dan pengobatan, setelah cukup sehat akhirnya Yeni di izinkan pulang dan mendapatkan obat untuk diminum selama sebulan (prosedur pengobatan TB). Selama pengobatan dan perawatan di RS, biaya Yeni di bantu oleh beberapa lembaga antara lain Migran Care, JKLPK, Pelkesi dan RS. UKI Jakarta.
Yeni Maman memiliki 1 suami dan 4 orang anak yang masih kecil-kecil. Hidup cukup memprihatinkan di daerah Cianjur, Jawa Barat. Bertempat tinggal hampir seluruh bangunan rumahnya terbuat dari bambu. Dibawah keterpurukan hidup yang semakin terhimpit, memaksa dia untuk mengadu nasib dengan bermodalkan pengalaman/ keahlian seadanya menjadi TKI/ TKW.
Dari pengalaman saudara kita Yeni ini, kita berharap agar jangan ada lagi masyarakat yang terjerumus, terjebak dengan sebuah keadaan yang tak berdaya, memudahkan orang – orang yang tidak bertanggung jawab dengan memanfaatkan kondisi ekonomi rakyat yang miskin. Terjun dalam sebuah penyiksaan, menjadikannya budak, dan rendahnya harga diri, yang pada akhirnya membawa kedukaan bagi keluarga/ saudara bahkan kita sendiri.

dd